Paseban Tri Panca Tunggal terletak di Kampung Wage, Kelurahan
Cigugur, Kecamatan Cigugur. Secara astronomis terletak pada koordinat
6º58’04” LS dan 108º27’24” BT.
Bangunan Paseban Tri Panca Tunggal merupakan pusat kegiatan
keagamaan penganut agama Jawa-Sunda yang sekarang dipimpin oleh Pangeran
Jatikusumah. Agama yang pada awal berdirinya dipimpin oleh Pangeran
Alibasyah atau Kyai Madrais dari Gebang. Nama banguan ini mengandung
makna yang berhubungan dengan ajaran agama tersebut. Paseban mempunyai
makna sebagai tempat berkumpuldan bersyukur dalam merasakan ketunggalan
selaku umat Tuhan. Sedang Tri adalah unsur yang terdiri atas sir, rasa,
dan pikir; Panca adalah terdiri atas panca indera; dan Tunggal adalah
kemanunggalan selaku manusia dan kemanunggalan antara cipta, ras, dan
yangdiwujudkan dalam tekad, ucap serta lampah.
Bangunan ini dibangun pada tahun 1840 serta direnovasi pada tahun
1971 dan 2007. Bangunan menghadap ke arah barat. Di sebelah barat
bangunan terdapat jalanraya Cigugur yangmenghubungkan Kuningan – Ciamis,
di sebelah utara terdapat Taman Paseban Sari, di sebelah timur tedapat
sungai kecil, sedangkan sebalh barat terdapat pemukiman warga. Bangunan
dibatasi oleh pagar keliling yang dihiasi dengan bagunan bermotif kuncup
bunga.
Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa ruang. Pada bagian
depan terdapat pendopo dan ruang jinem. Pendopo mempunyai 11 tiang
penyangga atap rumah. Bagian dasar tiang berbetuk lingkaran dihaiasi
motif pasu. Pada dinding timur ruangan terdapat relief bergambar burung
Garuda diatas lingkaran yang ditunjang oleh dua ekor naga yang saling
mengait. Relief tersebut bertuliskan aksara sunda yang berbunyi “Purwa
Wisada”. Relief lain berupa seorang pertapa di tengah motif ukuran yang
di kanan kirinya terdapat lukisan kepala Banas patih, dan di atasnya
terdapat tulisan huruf Sunda yang berbunyi “Sri Resi Sukma Komara
Tunggal”. Ruang lain, ruang Jinem memiliki pintu yang terletak di
dinding barat di dalam ruang ini terdapat delapan tiang yang pada bagian
bawahnya dihiasi motif muka danawa dalam nyala api. Ruang ini untuk
menyimpan gamelan.
Ruangan berikutnya adalah Srimanganti. Ruang ini berfungsi untuk
merundingkan masalah-masalah seperti persiapan upacara seren taun,
menerima tamu, dan digunakan untuk upacara pernikahan. Pada keempat
sudutnya terdapat patung penjaga yang membawa tombak dan perisai. Di
dalam ruangan ini terdapt balai kencana atau kursi kaencan beserta
kelengkapannya. Selanjutnya terdapat ruang mega mendung yang merupakan
ruang kerja Bapak Pangeran Jatikusumah.
Paling belakang adalah ruang dapur ageung. Di dalam ruang ini
terdapat tungku perapian yang terdapat dari bata dan semen berhias empat
naga pada keempat sudutnya yang di atasnya terdapat hiasan mahkota.
Sebelah timurnya terdapat lesung yang terbuat dari lesung. Bagunan ini
beratap tumpang. Pada pintu antara dapur ageung dan mega mendung terdapt
motif naga dan di atasnya terdapat hiasan bermotif Kala.